Saya membeli baju batik di pasar seharga Rp 27.000,-. Kemudian saya jual dengan harga Rp 50.000,-. Berapakah laba yang saya terima?
Jika kamu menjawab, bahwa laba yang saya terima adalah Rp 23.000,- jawaban tersebut belum tepat.
Rp 23.000,- adalah margin atau selisih. Didapat dari harga pokok (harga kulakan barang) dikurangi harga jual.
Namun untuk mendapatkan laba, kita perlu menambah harga pokok dengan biaya-biaya yang keluar untuk mendapatkan baju batik tersebut. Misalnya, biaya bensin, biaya makan (jika saat membeli baju batik kita juga cari makan), biaya parkir dan lain sebagainya.
Harga pokok Rp 27.000.-
Biaya bensin Rp 8.500,-
Biaya parkir Rp 2.000,-
===========================
Total (harga pokok) Rp37. 500,-
Harga Jual Rp 50.000,-
Laba diterima Rp 12.500,-
Hitungan "sepele" di atas memang terlihat sederhana. Namun, masih banyak para pedagang yang, tidak memasukkan biaya-biaya yang dikeluarkannya ketika "kulakan". Akibatnya, terbuai dengan margin yang besar. Namun, tidak sadar laba yang diperoleh sedikit.
Salah satu contoh lainnya, ada seorang perempuan berjalan berkeliling komplek rumah saya untuk menjual bakwan. Bakwannya enak, dengan ukuran 2 kali lebih besar dari bakwan yang ada di pasaran. Potongan wortel di dalamnya juga besar-besar. Saya, begitu kaget ketika dia menjual bakwan tersebut dengan harga Rp 500,- per buah.
Yang lebih mengagetkan lagi, dia membutuhkan pagi sampai sore untuk menjajakan 30 buah bakwan dagangannya hingga semua laku. Si penjual mengatakan, bahwa ia membawa pulang laba Rp 5.000,- yang diperoleh dari total uang yang diterima dikurangi harga beli bahan membuat bakwan.
Rp 5.000,- tersebut bukanlah laba melainkan margin/ selisih. Mbak pedagang bakwan tadi tidak menghitung berapa biaya produksinya (termasuk bahan bakar gas), biaya lelah memasaknya, berapa biaya lelah jalan kaki pagi hingga sore.
Jadi, jika dihitung lebih detail, mbak penjual tadi bukannya laba tapi justru rugi.
Miris sekali bukan..
Jika menghitung laba saja masih belum mampu, maka tidak kaget jadinya jika seorang pedagang yang katanya barang dagangannya laku, malah bangkrut dikemudian hari.
Mbak Ligwina Hananto seorang Financial Advisor yang menjadi pembicara dalam acara Telkomsel My Business yang diadakan di Novotel Hotel Solo beberapa waktu yang lalu, kembali mengingatkan saya akan 3 hal sederhana yang membedakan apa itu dagang dan apa itu bisnis.
Mbak Ligwina Hananto seorang Financial Advisor yang menjadi pembicara dalam acara Telkomsel My Business yang diadakan di Novotel Hotel Solo beberapa waktu yang lalu, kembali mengingatkan saya akan 3 hal sederhana yang membedakan apa itu dagang dan apa itu bisnis.
Ligwina Hananto dalam Telkomsel My Business 23 November 2017 |
Jika selama ini, kita cukup percaya diri dengan mengatakan kita sedang berbisnis, mungkin sebenarnya kita masih dalam tahap berdagang. Lantas, apa yang membedakan berdagang dengan berbisnis?
1. Pemisahan rekening pribadi dan rekening usaha
Jika selama ini masih menggunakan 1 rekening untuk keperluan pribadi sekaligus untuk usaha, dapat dipastikan bahwa manajemen keuangan kita berantakan. Kita akan sulit membedakan mana uang pribadi yang bisa bebas kita belanjakan dan mana uang usaha yang membutuhkan perhitungan detail lainnya ketika akan dikeluarkan.
Mbak Ligwina menyarankan untuk melakukan pemisahan rekening tersebut, salah satunya untuk melihat kondisi keuangan pribadi dan usaha secara lebih real. Sehingga kita tahu, mana yang uang pribadi mana yang tidak.
Jika memang sudah berniat untuk berbisnis, poin pertama ini wajib untuk dipenuhi.
Baca Juga : UMKM Wajib Melek Digital. Sudahkah?
2. Membuat laporan keuangan
Jika selama ini kita berjualan dan kemudian tidak memiliki catatan/ laporan keuangan (financial statement) berarti kita hanyalah seorang pedagang biasa dan untuk menjadi pebisnis masih sangat panjang jalannya.
Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi financial suatu usaha/ perusahaan dalam periode tertentu.
Jika kita pernah mempelajari akuntansi ada 5 jenis laporan keuangan yaitu,
1. Laporan Laba Rugi
2. Laporan Arus Kas
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Neraca
5. Laporan Atas Laporan keuangan
Kembali mbak Ligwina Hananto memberikan saran, jika membuat laporan keuangan dirasa berat dan susah, maka mulailah dengan mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran. Mencatat secara terpisah antara pengeluaran pribadi dan dagang.
Pencatatan sederhana ini akan memberikan gambaran sederhana mengenai kondisi keuangan.
Selanjutnya, jika dagang di rasa semakin baik pencapiannya, kita dapat beralih untuk membuat laporan laba rugi. Seperti namanya, laporan laba rugi berfungsi untuk membantu mengetahui apakah usaha berada dalam posisi laba atau rugi. Apabila pendapatan lebih besar daripada beban atau biayanya, maka dagang memperoleh laba. Sebaliknya, jika pendapatan cenderung lebih kecil dari beban atau biayanya, maka kemungkinan besar dagang mengalami kerugian.
Umumnya, ada dua cara yang digunakan untuk menyusun laporan laba rugi, yaitu single step (cara langsung) dan multiple step (cara bertahap). Metode single step relatif lebih mudah dibandingkan multiple step. Kita hanya perlu menjumlahkan seluruh pendapatan dari atas sampai bawah menjadi satu kelompok, kemudian menguranginya dengan total beban atau biaya dalam periode yang berlaku.
Baca Juga : Pertimbangkan Hal Ini Jika Ingin Buka Usaha
3. Pedagang hanya mencari laba
Umunya pedagang hanya berfikir bagaimana caranya mencari laba. Namun, pedagang yang memiliki visi yang panjang dan bagaimana menjalankan usahanya dengan sistem yang baik, maka ia layak disebut pebisnis. Maka tidak mengherankan bahwa banyak jumlah pedagang tapi sedikit jumlah pebisnis. Pebisnis umumnya memikirkan bagaimana mengembangkan usahanya.
Jika sebelumnya hanya kulakan di pasar untuk membeli barang dagangan, para pebisnis akan berfikir bagaimana caranya untuk dapat memproduksi sendiri barang yang dia jual sehingga margin yang diterima akan semakin besar dan dengan keuantungan yang semakin besar pula.
3 hal di atas adalah hal sederhana untuk membedakan antara dagang dan bisnis. Ada 1 hal lagi yang saya ingat dari pesan mbak Ligwina Hananto, yang merupakan CEO Quantum Magna Financial (QM Financial) adalah, jika ingin kulakan dagangan jangan lupa untuk membawa 2 dompet yang berbeda. 1 dompet untuk uang pribadi, 1 lagi untuk uang dagang. Sehingga jelas, ketika ingin beli oleh-oleh untuk keluarga tentu menggunakan uang pribadi. Tetapi untuk membayar parkir bisa dihitung biaya dan diambil dari uang dagang.
Jika mulai disiplin dari hal sederhana, tentu tidak akan sulit jika dagang kita menjadi lebih besar nantinya. Dan akhirnya kita siap dikatakan sebagai pebisnis.
Duh kasian si mba penjual bakwan y mba dan aku juga masih awam dengan bisnis n dagang beberapa kali usaha dagang ya gulung tikar mulu wkwkwk....mesti banyak belajar lagi :p
ReplyDeleteDuh mbak baca kalimat pertamanya serasa kuliah akuntansi hehehe, tapi pemahaman seperti ini penting banget ya buat yg akan mulai menapaki dunia bisnis. Info yg bermanfaat bgt mb sara
ReplyDeleteSetelah baca ini baru manggut2,ternyata kemarin salah perhitungan :D
ReplyDeleteWalaupun baru pernah jualan online tp pengetahuan seperti ini jg penting
Waaaah ternyata penting ya memisahkan dompet bisnis dan dompet pribadi.. Makasi infonya ya mbak Saraaaa
ReplyDeleteWah selama ini saya anggap keduanya sama :D ternyata beda ya.
ReplyDelete