Kita menghadapi era revolusi web
yang mengubah pola kehidupan manusia. Era konektivitas dimana kita dapat dengan
mudah mengakses informasi setiap waktu, karena internet menyediakan apa saja yang
kita perlukan. Jika kita ketinggalan informasi, kita tinggal search, click, dan menemukan informasi yang kita butuhkan di internet.
Saya menjadi moderator General Lecture dengan pembicara Rika Verry Kurniawan - Marketing Online PT. Tiga Serangkai dan Retno Wulandari - General Manager The Sunan Hotel Solo |
Perubahan Perilaku Konsumen di Era Digital
Kemajuan teknologi
informasi saat ini ternyata juga mengubah perilaku individu sebagai seorang
konsumen di dalam melakukan pembelian suatu produk. Dahulu, setelah konsumen
mendapatkan terpaan iklan produk, kemudian konsumen menjadi tertarik terhadap produk yang diiklankan, kemudian akhirnya melakukan pembelian dan ketika produk tersebut ternyata memuaskannya, ia akan
melakukan pembelian ulang.
Customer Path Dulu dan Sekarang - http://markplusinsight.com/article/detail/144/how-to-turn-customer-complaints-into-wow-experience |
Namun saat ini berbeda.
Sekarang kita dapat melihat adanya perubahan pada customer path. Dimana ketika konsumen mendapat terpaan iklan di media (tv, koran, radio, internet), kemudian ia tertarik. Yang dilakukan kemudian adalah berusaha bertanya dan mencari informasi tersebut di internet. Setelah mendapatkan informasi yang sesuai, baru kemudian dia memutuskan untuk melakukan pembelian atau tidak. Setelah mendapatkan produk, dan produk tersebut memuaskan dirinya, ia dapat mengadvokasi orang lain mengenai produk tersebut. Merekomendasikan secara suka rela melalui word of mouth atau dapat juga menuliskannya di social media, di blog atau di forum-forum pelanggan (electronic word of mouth)
Sekarang kita dapat melihat adanya perubahan pada customer path. Dimana ketika konsumen mendapat terpaan iklan di media (tv, koran, radio, internet), kemudian ia tertarik. Yang dilakukan kemudian adalah berusaha bertanya dan mencari informasi tersebut di internet. Setelah mendapatkan informasi yang sesuai, baru kemudian dia memutuskan untuk melakukan pembelian atau tidak. Setelah mendapatkan produk, dan produk tersebut memuaskan dirinya, ia dapat mengadvokasi orang lain mengenai produk tersebut. Merekomendasikan secara suka rela melalui word of mouth atau dapat juga menuliskannya di social media, di blog atau di forum-forum pelanggan (electronic word of mouth)
Baca Juga : Lihat Perubahan Perilaku Konsumen dalam Membeli Kosmetik
Perubahan consumer behavior tentu saja perlu ditanggapi oleh para produsen dan khususnya pemasar produk. Para pemasar harus mengetahui model pendekatan seperti apa agar informasi produk mereka tepat sesuai target pasar. Terlebih dengan konten media internet yang begitu dinamis, pemasar harus memastikan bahwa informasi produk yang tersedia adalah informasi yang benar dan mendukung aktivitas pemasaran.
Philip Kotler, Hermawan
Kartajaya dan Iwan Setiawan memperkenalkan konsep Marketing 4.0 dalam buku berjudul “Marketing 4.0 : Moving from Tranditional to Digital”. Sebelum
berbicara mengenai Marketing 4.0, kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa
pemasaran utama telah mengalami beberapa pergeseran.
Marketing 1.0 yang
lebih berorientasi pada produk. Tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan
produk yang dibutuhkan konsumen. Rational
intelligence konsumen akan tertarik untuk membeli produk dengan harga terjangkau
yang sesuai kebutuhannya.
Pergeseran terjadi pada
Marketing 2.0 yang mulai berorientasi kepada pelanggan. Perusahaan mulai
memperhatikan bagaimana memuaskan konsumen secara emosional, sehingga konsumen
akan menjadi loyal terhadap perusahaan atau merek.
Marketing 3.0, seperti
dijelaskan pada buku Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan yang
berjudul “Marketing 3.0, From Product to
Customer to the Human Spirit”, bahwa perusahan mencoba memberikan nilai
lebih pada produk mereka, value driven
marketing. Perusahan mencoba menarik sisi spiritual konsumen sehingga
mereka mencari produk atau merek yang selaras dengan sisi spiritual tersebut.
Sebagai contoh, jika di era Marketing 1.0, perusahan berorientasi untuk menjual produk tas. Konsumen yang membutuhkan tas untuk membawa barang mereka, kemudian akan membeli tas tersebut.
Marketing 2.0 akan menawarkan tas yang bukan hanya mampu membawa barang-barang, namun juga menawarkan tas yang terbuat dari kulit yang tahan disegala kondisi cuaca. Ketika konsumen membeli tas tersebut, dia akan mendapatkan tas yang kuat membawa barang, juga awet dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama. Sehingga mereka dapat menghemat uang yang mereka miliki.
Marketing 3.0 mencoba memberikan nilai lebih pada sebuah tas yang terbuat dari kulit dengan kombinasi kain batik. Tas ini, selain dapat membawa banyak barang, juga awet ketika dibawa kemana saja, serta motif batiknya mampu mencirikan ke-khasan Indonesia. Sehingga konsumen yang membeli tas batik ini, selain mendapatkan kemanfaatan dalam memakai tas, ia juga ikut mendukung mencintai produk dalam negeri.
Aktivitas pemasaran
yang senantiasa dinamis, didukung perkembangan teknologi informasi inilah yang
kemudian menuntut adanya kolaborasi antara online
dan offline. Pemasaran tradisional
mulai bersinergi dengen pemasaran online.
Retno Wulandari, General Manager The Sunan Hotel Solo,
dalam Kuliah Umum yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta pada 3 Mei 2017 yang mengangkat tema “Toward
to Marketing Communication 4.0”, menjelaskan, dalam industry hospitality, belanja iklan saat ini didominasi oleh promosi online. Meskipun demikian, ia tidak
serta merta meninggalkan promosi offline
seperti iklan di televisi, radio, koran atau outdoor advertising.
Selain itu, meskipun
The Sunan Hotel Solo kuat secara branding,
salah satunya dengan mengusung tagar #SoloYaSunan,
juga pencapaian pada aplikasi booking
online seperti traveloka.com,
tripadvisor.com. yang selalu menempati urutan teratas, The Sunan Hotel Solo
senantiasa terus berinovasi pada produk dan layanan yang mereka miliki. Bukan
hanya sekedar menyediakan layanan menginap, namun juga fasilitas pendukung
lainnya seperti Restauran Cina Halal, Music Room, juga paket wisata yang bekerja
sama dengan Studio Musik Lokananta. Artinya, The Sunan Hotel Solo bukan hanya
memperkuat branding mereka secara online,
tetapi mereka juga menyediakan diferensiasi yang kuat pada konten produk yang
mereka miliki.
Marketing Sukses di Era Digital 4.0
Pemasar yang ingin sukses di Marketing 4.0, berikut terdapat beberapa panduan yang merujuk pada buku Philip Kotler, Hermawan Kartajaya dan Iwan Setiawan dalam “Marketing 4.0, Moving from Tranditional to Digital”, seperti yang dipaparkan Retno Wulandari General Manager The Sunan Hotel Solo.
1. Online with Offline
Meski online saat ini berjaya, namun perusahaan harus tetap berinteraksi dengan pelanggan secara offline. Seperti yangs sering dilakukan oleh beberapa dealer-dealer kendaraan roda empat. Mereka masih sering secara rutin melakukan gathering dengan pelanggan mereka, khususnya saat Ramadhan atau momen ulang tahun.Pelanggan disini tidak hanya menikmati produk dan memiliki pengalaman terhadap produk mereka Namun perusahaan juga membangun customer engagement. Pelanggan tidak lagi hanya menjadi loyal, namun memiliki ikatan emosional yang kuat. Sehingga customer tidak lagi membeli dengan pertimbangan rasional, namun produk atau merek dipersepsikan pelanggan sebagai sesuatu yang layak untuk dibeli berapapun harga yang ditawarkan.
Baca Juga : Mengapa Berrybenka yang Sudah Sukses di Online, Membuka Toko Offline?
2. Style with Subtance
Perusahaan dan merek bukan hanya menyediakan branding yang bagus. Namun, mereka juga harus terus berimprovisasi dengan konten yang mereka miliki. Sehingga ketika pada akhirnya konsumen membeli produk, mereka akan merasa puas dan menjadi loyal.Yang kemudian secara senang hati merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain.
3. Human to Human with Machine to Machine
Artinya, konektivitas perusahaan dengan pelanggan tidak hanya terbatas pada ketersediaan teknologi. Tetapi yang terpenting, bagaimana perusahaan menghargai pelanggan mereka. Relasi yang terjalin bukan hanya menguntungkan perusahaan, namun pelanggan juga dapat memberi masukan, keluhan, dan membangun produk menjadi lebih baik.Marketing 4.0 menuntut pemasar untuk selalu bergerak dinamis. Membaca perilaku konsumen sekaligus menyinergikan dengan peningkatan kualitas produk dan layanan.
Jadi, sudah siap memenangkan pasar?
Post Comment
Post a Comment
You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)