Meski 12 tahun telah berlalu, saya masih sering dibuat kangen dengan masa-masa putih abu-abu. Masa itu adalah saat dimana saya bisa mengekspresikan diri, sekaligus mencoba berbagai pengalaman baru.
Untungnya dulu masih belum hadir era sosial media. Meski sudah memiliki akun friendster, tetapi memang dampaknya tidak semasif sosmed macam facebook, twitter dan instagram. Itu mengapa aktivitas harian saya, sangat jarang terhubung dengan internet kecuali saat mengerjakan tugas.
Jika orang bilang, masa SMA jangan hanya diisi dengan belajar menghapal rumus saja, saat itulah saya mulai terjun dalam aktivitas organisasi sekolah. Salah satunya adalah Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK).
Saya masih ingat juga, bagaimana saya tertarik mengikuti organisasi ini. Kakak kelas waktu itu mengatakan bahwa MPK ini lebih tinggi secara struktural dari OSIS. Yah..macam seperti MPR, jika di lembaga negara Indonesia. Itu mengapa, saya menganggap organisasi ini "keren", meski kemudian saya mengetahui bahwa tugas dan wewenangnya cukup berat.
Meski sebagai MPK, pada masa jabatan kala itu, saya tidak terbatas pada tugas controlling. Saya masih dapat mengikuti organisasi lain seperti Paskibra, yang notabene organisasi itu di bawah OSIS. Komplikasi struktural itu kadang memusingkan, namun saya nyaman melakukan semuanya. Memang seharusnya belajar dan bersosialisasi tidak bisa dibatasi oleh aturan kaku.
Mas Theofilus Hartono, kakak kelas yang juga Ketua Umum, beliau adalah seorang yang visioner. Berani mendobrak aturan dan memberi kesempatan kepada para anggotanya untuk belajar banyak di luar MPK. Saya yang saat itu sekretaris MPK, kemudian diperbolehkan menjabat sebagai Ketua Diragatra (Gladi Wira Smaga Putra). Apa ya Diragatra ini? Ehm..mungkin semacam staff ahli, para alumnus diklat OSIS yang di dalamnya juga ada anggota MPK. Ah..semakin bingung juga bagaimana menyusun struktur organisasinya.:)
Hingga akhirnya di tahun ke 2 bangku SMA, saya terpilih menjadi Ketua Umum dan memegang jabatan aktif selama 1 tahun.
Hari ini saya diundang Sarasehan MPK yang kesekian kalinya, di Candi Resto, Solo Baru. Acaranya dikemas dengan baik. Bisa terlihat dari dekorasi dan sajian untuk para undangan yang dipersiapkan dengan maksimal. Tidak ketinggalan hiburan band akustik untuk menemani bersantap.
Meski tidak bisa berlama-lama, saya senang melihat banyak anak-anak muda yang bersemangat. Terlebih mengikuti kisah-kisah dan berbagi pengalaman. Memang dunia telah berubah. Kemajuan teknologi memberikan pergeseran pada pola berorganisasi di sekolah. Sebagai contoh, jika dahulu masih membutuhkan kertas undangan untuk mengundang rapat anggota, mungkin kini semua bisa lebih praktis dan fleksibel dengan adanya grup WhatsApp.
Juga bertemu dengan Ariyadi, salah satu teman seangkatan saya dulu, rekan seperjuangan dalam membangun MPK ini menjadi lebih baik. Sosok penasehat yang tangguh mengendalikan emosi. Tidak meledak-ledak seperti saya.
Pada akhirnya, saya memahami bahwa pengalamanan masa muda dahulu, banyak yang memberikan wawasan dalam saya berfikir dan bertindak saat ini. Jika dahulu kami terbiasa memahami keberagaman dan dipersatukan dalam visi misi organisasi, selayaknya saya tetap memegang teguh prinsip tersebut ketika berhubungan sosial saat ini.
Harapan saya, semoga MPK, tempat saya belajar bernegosiasi, bermusyawarah, dan memimpin ini dapat menjadi panutan bagi organisasi yang lain, sekaligus melahirkan sosok-sosok yang bertanggungjawab, bukan hanya urusan akademis tetapi juga memiliki integritas dalam membangun bangsa melalui jalan hidup mereka masing-masing.
Post Comment
Post a Comment
You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)