Bisa dikatakan saya terlambat. Dalam hal?
Memonetize blog.
Meski demikian, saya menjadi salah satu orang yang menikmati tahun 2017 sebagai tahunnya para influencer.
pic : b3net.com |
Seperti yang kita pahami, bahwa saat ini masyarakat menjadi skeptis bahkan tidak percaya dengan iklan. People no longer trust ads, they do trust people. Itulah yang terjadi. Maka kemudian "figure" yang dianggap berpengaruh dan dipercaya banyak orang, yang kemudian disebut sebagai influencer, dipilih untuk membantu dalam aktivitas marketing perusahaan khususnya promosi. Mereka adalah public figure, expert, blogger, vlogger, social media activist, dan lain sebagainya.
Umumnya, para influencer ini memanfaatkan seluruh social media yang mereka miliki. Konten yang mereka hasilkan dapat berupa teks, gambar atau video.
Influencer marketing ini memanfaatkan electronic word of mouth dari sumber/ komunikator yang realiable.
Dan ternyata influencer marketing ini BERHASIL. Baik itu untuk tujuan awarness, act maupun brand loyalty
Lalu, apakah influencer marketing masih berjaya di tahun 2018? 3 Hal berikut ini adalah prediksi dari para marketer.
1. Micro-influencer akan LEBIH dipertimbangkan.
Jika selama ini brands lebih percaya pada public figure dengan follower jutaan, mungkin tren ini akan mengalami pergeseran. Hal ini karena, target market (konsumen) merasa apa yang disampaikan oleh para influencer sama dengan iklan yang "tidak jujur". Mereka akan dengan mudah beralih menawarkan satu merek ke merek yang lain, tidak berbeda dengan iklan di televisi.
Cara yang digunakan juga terlalu mainstream. Berfoto dengan produk, menggunakan caption hard selling yang tidak kreatif.
Lagi-lagi hal ini membuat calon konsumen tidak percaya.
Cara yang digunakan juga terlalu mainstream. Berfoto dengan produk, menggunakan caption hard selling yang tidak kreatif.
Lagi-lagi hal ini membuat calon konsumen tidak percaya.
Inilah peluang bagi micro influencer yang mungkin jumlah follower di social media tidak terlalu banyak, antara 10.000-100.000 namun memiliki pengikut yang loyal.
Apa yang disampaikan micro-influencer ini dianggap lebih jujur dan mewakili perspektif pribadi.
2. Brands akan memilih influencer yang expert di bidangnya
Jika di tahun 2017, brands akan memilih mereka yang memiliki follower tinggi dan aktif diberbagai social media, di tahun 2018 brands akan lebih jeli dalam menyeleksi influencer yang bekerja sama dengan mereka.
2017 menjadi tahunnya mereka yang pandai bergaya, atau yang hobi memamerkan kemesraan dengan kekasihnya. Mereka mendapatkan porsi yang besar dalam aktivitas promosi hanya karena jumlah pengikut mereka yang ratusan ribu.
Tahun 2018 nanti, brands akan lebih selektif. Memastikan apakah influencer tersebut memiliki kapasitas, keahlian, pengalaman yang mewakili produknya.
Baca Juga : Melihat Kepribadian dari Foto di Instagram
"Siapa yang sedang berbicara"
"Apa yang mereka bicarakan"
Brands akan mencari, influencer manakah yang selaras dengan brand image produk.
Bagi para blogger, blog yang mereka miliki, tulisan yang mereka hasilkan, keteraturan feed atau timeline di social media menjadi gambaran siapa dirinya.
"Apa yang mereka bicarakan"
Brands akan mencari, influencer manakah yang selaras dengan brand image produk.
Bagi para blogger, blog yang mereka miliki, tulisan yang mereka hasilkan, keteraturan feed atau timeline di social media menjadi gambaran siapa dirinya.
Pict : bluleadz.com |
Di tahun 2017 90% konten yang di share di social media berupa video. Bagi brands yang belum menggunakan video sebagai bagian dari aktivitas sosmed mereka, itu artinya mereka harus segera memulai.
Para influencerpun dituntut untuk membuat video dengan high quality tetapi juga memiliki engagement yang tinggi. Itu mengapa perlu adanya startegi dalam memproduksi konten video. Video creators have to become more skilled at creating truly valuable content. Tantangan terbesarnya adalah, bagaimana video mampu menarik perhatian audience pada 3 detik pertama. Audience dapat bertahan, hingga seluruh pesan tersampaikan.
Tahun 2017 segera usai. Sudah waktunya kita mengevaluasi perjalanan 11 bulan di tahun ini, sembari menyiapkan strategi di tahun depan.
Personal branding masih menjadi catatan utama. Selain itu, meningkatkan skill penulisan dan kreativitas dalam membangun konten lainnya juga harus semakin ditingkatkan.
Jika kita ingin dianggap menjadi influencer yang sebenarnya, bukankah sebelum mempengaruhi orang lain kita perlu memperbaiki diri terlebih dahulu?
Saya pribadi masih belajar dari beragam referensi bagaimana mengolah konten dengan baik dan menerapkannya dalam aktivitas social media. Dan ternyata tidak mudah!! Belum lagi dipusingkan dengan berbagai hal teknis seperti SEO, DA, PA dan segala macam ukuran statistik lainnya.
Saya jadi penasaran, apa yang teman-teman blogger lakukan untuk meningkatkan performa blognya dan social media di tahun depan? Mungkin kita bisa saling cerita di kolom komentar.
Referensi
https://www.inc.com/nina-ojeda/how-this-startup-is-redefining-influencer-marketing.html [diakses 19 November 2017]
https://www.smartinsights.com/social-media-marketing/social-media-marketing-trends-2018/amp/ [diakses 19 November 2017]
https://www.forbes.com/sites/ajagrawal/2016/12/27/why-influencer-marketing-will-explode-in-2017/amp/ [diakses 19 November 2017]
follower twitterku 7500an tapi ig hampir 1000..blm dpt buzzeran lagi haha..lagi pengen ngeblog independen mak
ReplyDeleteBaru tau mbak, mudah2an tahun 2018 blogger makin berjaya ya mbak
ReplyDeleteNah sekarang perkembangan makin dinamis ya. Marketing via video sudah menjadi marak dan mau ga mau para influencer harus mengimbangi
ReplyDeleteKu berpikiran sama kak, kalo kemaren selebram, mungkin sekarang blogger yang lebih realistis dan tulisannya lebih abadi dibanding postingan artis di Instagram :)
ReplyDeletePengen bisa lebih independen lagi, biar semua yang dilakukan lebih sepenuh hati dan semoga bisa sampai ke lebih banyak hati.
ReplyDeletehmm saya malah cenderung mulai mematikan berbagai sosial media yang saya punya mbak untuk resolusi 2018 he he, karena menurut saya bukannya memanfaatkan tapi justru dimanfaatkan seolah tiap hari harus dituntut unggah foto karena takut kehilangan follower, tapi untuk blog tetap menjadi hal yang menarik bagi saya pribadi, dan mungkin saya kurang berselera untuk ikutan monetizing, hihihi saya lebih menikmati menulis sebagai hobby dan sharing pengalaman, masalah duit yang jatuh via blog saya hitung bonus .. ah jadi mikir nih mau ngapain di 2018
ReplyDeleteArtinya kualitas memang yg sangat benar2 menentukan ya, bukan lagi how many followers we have. Followers IG saya pun masih 3 ribuan, tapi karena memang fokus di cooking and culinary. Jadi ya job offering-nya seputar ini 😁
ReplyDeleteDuh blom bisa bikin video akuh. Sedang berusaha naikin follower Twitter dan IG ni..
ReplyDeleteGimana pun arah anginnya di 2018, aku berusaha posting konten yg menarik dan positif 😁
ReplyDeleteNah, terjadi pergeseran ya prediksinya. Jumlah follower pun juga bukan jadi point utama ya. So sebgai blogger sudah selayaknya kita mengupgrade kemampuan dalam hal dunia tulisan ini. Sebaiknya tidak hanya sekedar setor link tanpa memikirkan konten yg berkualitas
ReplyDeleteUsaha posting yang menarik dulu deh klo aku.. masih newbie di sosmed Mbak hehhee
ReplyDeleteblogger lebih jujur dalam menyampaikan kali ya, jd lebih berpengaruh.
ReplyDeleteFollowerku tak seberapa, Mbak. Dan gairahku main sosmed mulai meredup.
ReplyDeleteBelajar lg ah. Buat persiapan 2018. Matur nuwun sharenya kakak
ReplyDeleteTahun 2018 maunya lebih rajin nulis dan banyak-banyak belajar lagi.
ReplyDeletePengin dapet pageview yang banyak, tapi lebih ke manfaat yang bisa orang lain dapat sih. Kalau monetize ya anggap aja bonus.