Pasti banyak yang sepakat bahwa semenjak Pilpres 2014, hawa panas sering menerpa baik di dunia nyata maupun dunia maya. Obrolan menjadi tidak semenyenangkan dulu. Terlebih jika memiliki pilihan politik dan kepentingan yang berbeda.
Ketika berselancar di internet saya jadi punya aktivitas baru. Unfriend. Unfollow. Block.
Sebagai usaha menjaga kewarasan dan kesehatan batiniah. Biarlah berkawan di dunia nyata saja, menghindari adu argumen. Menjauh dari saling debat tanpa imbalan. Bahkan, sebungkus nasi kucing pun.
Sebagai pengguna internet a.k.a netizen kita dihidangkan berbagai sajian informasi. Termasuk informasi yang salah maupun yang sengaja dibuat salah. Parahnya, informasi salah, palsu atau HOAX terbukti mampu merusak persatuan bangsa. Isu SARA juga masih menjadi bumbu penyedap yang praktis memicu berkembangnya "sel kanker".
Waktunya menjaga kesehatan. Sekarang. Sebelum terlambat.
Mengenal Apa itu HOAX
Informasi HOAX semakin meningkat. Ditaksir ada lebih dari 800 situs berbahasa Indonesia yang menyebarkan kobohongan dan ujaran kebenjian. (Pratama, 2016)
Social media jelas memiliki andil juga. Laporan investigasi majalah Tempo menemukan ada 2 kelompok besar situs penyebar hoax, yakni
1. Akun pribadi yang terafiliasi dengan partai politik.
2. Situs pencari untung. Membuat berita yang provokatif dan kontroversial.
Dr. Ismail Cawidu, M.Si, seorang praktisi komunikasi dalam Forum Dialog Publik "Menggalakkan Etika Jurnalistik Untuk Para Netizen" menjelaskan ada beberapa karakteristik HOAX yang perlu netizen pahami, yakni :
1. Fear Arousing
Menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan dan provokasi
2. Whispered Propaganda
Berasal dari sumber yang tidak jelas, tidak ada yang dapat dimintai pertanggungjawaban dan klarifikasi
3. One Side
Berasal dari satu pihak, menyerang pihak yang lain
4. Stealing Authority
Mencatut nama tokoh berpengaruh atau menggunaka nama yang mirip dengan media terkenal
5. Negative Labelling
Memberikan julukan
6. Band Wagon
Meminta supaya disebarkan, diviralkan
7. Pseudo Sciences
Menggunakan argumen yang sangat teknis, supaya terlihat ilmia dan dipercaya
Ketika mengaku sebagai blogger, akhirnya sayapun memahami bahwa sebagai pembuat konten di internet pelu lebih berhati-hati agar terhindar dari HOAX. Jangan sampai turut membuat informasi yang tidak benar atau minimal mencari referensi dari sumber salah.
HOAX juga memiliki beberapa jenis, seperti
1. HOAX Virus
Dikembangkan lewat email atau aplikasi chatting berupa peringatan adanya virus berbahahaya di komputer. User diminta memasang aplikasi tertentu atau menghapus file di perangkat.
2. HOAX Kirim pesan beranatai
Kita diminta mengirim pesan berantai dengan berbagai alasan misalnya kirim ke 10 orang agar terhindar dari musibah, mendapat rezeki dan lain sebagainya
3. HOAX Urband legend
Cerita seram, legenda mengani suatu tempat yang dibumbui dengan foto yang belum tentu benar. Beberapa diantaranya bermotif persaingan bisnis, agar orang tidak mau berkunjung atau membeli ditempat tersebut.
4. HOAX Dapat hadiah
Seperti penipuan yang dikirimkan via pesan teks atau email.
5. HOAX Isi Pilu
Informasi seseorang yang sedang sakit, atau menderita. Memberikan foto dan cerita sedih untuk menarik empati orang lain
6. HOAX Pencemaran Nama Baik
Informasi tentang seseorang yang terpandang melakukan suatu tindak kejahatan atau bersikap tidak baik. Bertujuan untuk menghancurkan karir dan nama baik orang lain.
Baca Juga : Tulisan yang Disukai Warga Milenial
Blogger Melawan Hoax
Bagaimana, sering bukan kita menemukan informasi dengan karakteristik seperti di atas, termasuk di social media?
Jika IYA, berarti tidak heran bukan bahwa HOAX ini sangat berbahaya. Agenda Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 juga diprediksi akan meningkatkan terpaan HOAX di berbagai media baik cetak, elektronik maupun internet.
Itu mengapa, sudah saatnya blogger mengambil bagian untuk melawan HOAX. Literasi media juga dibutuhkan sehingga blogger paham pula mengenai pengetahuan isi media, industri media dan efek media. Sehingga mampu mengali informasi dari sumber yang terpercaya.
Agus Sudibyo dalam Forum Dialog Publik "Menggalakkan Etika Jurnalistik Untuk Para Netizen" 18 Desember 2017 di Best Western Hotel Solo Baru |
Agus Sudibyo ,seorang peneliti dan konsultan media dalam pembahasan "Netizen Zaman Now Pintar Menggunakan Internet", memaparkan pentingnya para netizen, terutama para blogger untuk memiliki sikap mental kritis seorang jurnalis yaitu :
1. Memiliki sikap curiousity /ingin tahu
2. Sikap selidik
3.Mau membandingkan 1 informasi dengan informasi yang lain sehingga menemukan suatu kebenaran. Sehingga informasi yang disebarkan adalah sebuah berita yang terverifikasi.
Kominfo dalam situs resminya memberikan beberapa langkah yang dapat dilakukan agar lebih cermat terhadap informasi di internet.
1. Hati-hati dengan judul provokatif
Informasi HOAX seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif. Tidak jarang juga, berita diambil dari situs berita resmi namun dimodifikasi agar memancing emosi pembaca.
Jika menemukan berita yang demikian, jangan ragu untuk mencari referensi dari portal berita lainnya dan membandingnkan isinya sama atau beda. Sehingga akan di dapat kesimpulan yang berimbang.
Jika menemukan berita yang demikian, jangan ragu untuk mencari referensi dari portal berita lainnya dan membandingnkan isinya sama atau beda. Sehingga akan di dapat kesimpulan yang berimbang.
2. Mencermati alamat situs
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.
Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
Alamat situs yang terlihat mencurigakan, atau "dimirip-miripkan" dengan situs berita yang sudah ada, harus diwaspadai dan cek apakah sudah terverifikasi atau belum.
3. Periksa fakta
Perhatikan berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Memperhatikan sumber berita juga penting. Apakah dari institusi resmi atau bukan. Jangan mudah percaya juga apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
4. Cek keaslian foto
Foto juga dapat diedit atau di"framing" sesuai dengan agenda setting pembuat HOAX. Jangan ragu untuk cek keaslian foto.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
5. Ikut serta grup diskusi ANTI HOAX
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Du grup-grup tersebut, semua anggota dapat ikut berkontribusi untuk saling memberi informasi mengenai berita HOAX, sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Setelah mengenal dan memahami apa itu HOAX, sekarang saatnya blogger untuk berperan aktif menjadi netizen yang cerdas. Jangan ragu pula untuk mengedukasi keluarga dan teman mengenai kebenaran suatu informasi di internet. Sehingga tidak mudah terhasut dan menimbulkan keresahan pada diri sendiri serta menghadirkan kebencian pada orang lain.
Bener babget mba, udah banyak hoax dimana-mana, kita harus smart dan cek ricek dulu
ReplyDeleteiyes saat ini mesti hati2 kalau mendapati informasi y mba agak serem juga kalau ternyata kita share berita2 hoax beban tanggungjawab untuk publik :D
ReplyDeleteDan sekarangagi hoax info video Mbak. Asli gemes yang sekarang lebih suka ngevideoin trus di share jamaah akhirnya viral. Udah gitu endingnya salah tapi ga meredam viralnya. Bener ya kalo bad news ia a good news
ReplyDelete