Berbicara di depan umum apakah susah?
Susah!
Menurut saya.
Kesulitan terbesar terletak bagaimana menyampaikan pesan yang ber"value", serta membuat audience memahami nilai tersebut.
Mungkin kita sudah terbiasa berbicara di depan banyak audience, seperti saat presentasi tugas di perkuliahan. Namun, bukan berarti pengalaman tersebut menjadikan kita sebagai public speaker yang baik. Itu belum cukup.
Goal dari seorang public speaker tidak hanya sebatas memberikan informasi ke audience, atau menjelaskan pemikiran dihadapan orang banyak. Namun, public speaker harus mampu meninggalkan kesan dan nilai melalui kata-kata yang mereka sampaikan untuk mengubah emosi audience, mengubah sikap hingga mengajak mereka untuk bertindak sesuatu.
Seni Mempengaruhi Melalui Kata-kata
Retorika atau seni berbicara sebenarnya bukan hal yang baru kok. Kalau kita melihat sejarah, retorika yang masuk dalam ilmu bahasa (linguistik) ini, bertujuan membantu dalam mempersuasi atau membujuk orang lain.
Retorika adalah komunikasi dua arah (face to face) dengan satu atau lebih orang.
Retorika diartikan sebagai seni membangun argumentasi dan seni berbicara “the art of constructing arguments and speech making”.
Retorika ini bisa menjadi dasar keilmuan ketika seseorang belajar menjadi public speaker. Aristoles seorang filsuf Yunani, memberika tiga rules dasar dalam mempersuasi orang lain.
1. Ethos (Kredibilitas)
Hal pertama sebelum sesorang public speaker menyampaikan pemikiran dihadapan audience, dia harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup terhadap topik tersebut. Jadi jangan sampai, bicara omdo alias "omong doang", sementara kita tidak paham apa yang dibicarakan. Bagaimana mempengaruhi orang lain, jika kita sendiri tidak mengerti?
2. Logos (Logika)
Agar pesan dapat diterima dengan baik oleh audience, pastikan pesan tersebut dapat diterima oleh nalar atau logika. Berikan bukti-bukti konkret, agar pesan mudah dipahami dan kemudian diyakini kebenarannya oleh audience.
3. Pathos (Emosi)
Agar audience selalu perhatian dan menerima persuasi tersebut, seorang public speaker harus mempu membangun ikatan emosi dengan audiencenya. Jangan buat jarak terlalu jauh dengan audience, seolah-olah audience sebagai pihak penerima yang tidak mengerti apa-apa. Buat audience terlibat, jalin interaksi, dan tanyakan apa yang mereka butuhkan.
Mengatasi Ketakutan dalam Public Speaking
Tidak bisa dipungkiri bahwa public speaking menjadi momok bagi sebagian orang.
Mengkomunikasikan pikiran saja sudah sulit, masih harus mempengaruhi orang lain.
Ada empat hal dasar yang bisa dipelajari untuk menjadi public speaker yang baik. Saya sudah pernah menuliskannya di sini.
Meski demikian, banyak mitos yang masih juga dipercaya banyak orang terkait ketrampilan berbicara.
1. Pembicara yang baik itu bakat dari lahir.
Memang beberapa orang dapat berbicara dengan mudah di depan khalayak. Sama seperti sesorang memiliki bakat menggambar, atau menyanyi tanpa harus bersusah payah.
Tetapi sebagian besar public speaker yang handal, memiliki kemampuan yang mumpuni karena sering berlatih. Jam terbang yang menguji kemampuan mereka. Bukan hanya sekedar pasrah terhadap bakat dari lahir. Practice and practice.
2. Takut berbicara di depan umum adalah hal negatif.
Apakah saya masih grogi ketika bicara di depan mahasiswa atau mengisi seminar? Jawabannya, IYA. Sampai detik ini jantung saya masih deg-degan, tangan menjadi dingin dan nafas lebih cepat jika saya akan naik panggung.
Dan itu sangat NORMAL.
Terlebih jika audience adalah sosok yang dianggap lebih tinggi secara status sosial atau kemampuan intelektual.
Tetapi jangan jadikan hal tersebut menjadi alasan. Seorang public speaker yang baik harus dapat mengubah kondisi "deg-degan" tersebut menjadi lecutan untuk tampil lebih fokus dan prima. Beberapa psycologist menjelaskan, ketakutan yang dirasakan seseorang dapat membantu meningkatkan perhatian dan konsentrasi, mempertajam pikiran dan meningkatkan energi.
Jadikan ketakutan itu sebagai stimulus untuk tampil dengan lebih baik.
Baca Juga : Temukan Passionmu dengan Cara Ini!
Ketakutan saat berbicara di depan umum seharusnya tidak menjadi kendala, khususnya bagi seorang profesional.
Ada enam hal yang bisa dipraktikkan untuk melawan ketakutan ketika berbicara di depan umum.
1. Berdoa
2. Deep Breathing
Rasa takut yang berlebih kadang mengakibatkan reaksi fisik yang tidak terkontrol, seperti berkeringat, jantung berdetak lebih kencang atau mungkin rasa mules yang datang tiba-tiba. Cobalah kontrol reaksi tersebut dengan duduk sejenak dan tarik nafas dalam-dalam kemudian hembuskan perlahan. Kuasai emosi dan tubuhmu untuk dapat bertindak dengan normal.
3. Mengubah fokus
Kebanyakan orang berusaha fokus pada penampilan luar, sepeti cara berbicara, baju yang dipakai, gestur ketika berbicara, hal yang memalukan yang mungkin terjadi dan sebagainya. Cobalah untuk fokus pada pesan yang ingin disampaikan ke audience. Alihkan pikiran dari how we feel and look to the message we want to share with our audience.
4. Visualizing
Visualization atau mental rehearsal sering digunakan oleh para atlet sebagai latihan sebelum mereka bertanding. Hal ini juga dapat dipraktikkan oleh public speaker untuk meningkatkan performa mereka.
Cobalah beberapa hari sebelum jadwal tampil, alokasikan 10-15 menit untuk bersantai sambil menutup mata dan membayangkan ruangan tempatmu akan tampil, audience di auditorium, bayangkan juga dirimu sedang tampil penuh percaya diri, tersenyum dan tampil dengan baik di atas panggung.
Bayangkan hal-hal positif yang mempu memperkuat rasa percaya dirimu.
5. Afirmasi positif untuk diri sendiri
Daripada berpikiran tentang mind going blank atau audience getting bored, cobalah untuk berikan sugesti positif ke diri sendiri seperti "Aku pakar kok di topik ini. Aku pasti bisa" "Aku sudah mempersiapkan dengan baik, semua akan berjalan lancar".
Berpikir hal positif akan membuatmu lebih siap ketika pada akhirnya akan terjadi kesalahan pada saat tampil.
6. Bangun informasi yang jelas
Stop berpikir untuk memberikan banyak informasi penting bagi audience, sehingga membuat kepala penuh dengan hal-hal kompleks terkait materi. Buat informasi menjadi lebih sederhana dan jelas. Sampaikan poin-poin yang penting sehingga pesan lebih efektif di terima audience.
Buat saya pribadi, pengalaman berbicara di depan umum selalu menjadi pembelajaran untuk tampil dikesempatan selanjutnya. Ketika selesai tampil, saya selalu berusaha mengevaluasi apa saja yang harus diperbaiki. Jangan pernah bosan belajar dan berlatih karena situasi tidak pernah sama. Baik keilmuan, setting tempat hingga audience yang dihadapi.
Ketakutan pasti dirasakan. Tapi jadikan booster untuk tampil dengan optimal. Bayangkan semangat audience yang membayar dan datang "hanya" untuk melihat penampilanmu. Jangan lupa untuk selalu percaya diri akan kemampuan yang kamu miliki.
How well people perceive you and the conclusion that they make about your professionalism and character will be largely influenced by your confidence when presenting yourself.
Seminar Dare to Speak Well in Public and Relation
Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammdiyah Surakarta
3 November 2018
Referensi :
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. 1989. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Morissan dan Andy Corry, Teori Komunikasi: Komunikator, Pesan, Percakapan, dan Hubungan . 2009. Bogor: Ghalia Indonesia
Baca ini angguk angguk lho aku.. karena bener banget dan sering banget kita alami dan itu sangat wajar terjadi. Tetapi sesungguhnya bisa diatasi ya ka dengan pengalaman alias jam terbang yang tinggi dan menguasai topik yang hendak disampaikan kepada audience.. kalo ngga paham dengan materi yang disampaikan ke publik bisa mati gaya juga sih.. thanks for sharing ka sara
ReplyDeleteSalah satu kunci publoc speaking adalah percaya diri. Kalo kota udah mulai menguasai diri kita, selanjutnya tinggal menguasai bahan presentasi.
ReplyDeleteBtw artikelnya mbak Sara bagus banget. Informatif dan edukatif.
betul banget kak. dulu aku juga seorang MC sebelum berhijab. tapi sejak hamil lalu cuti dari dunia per-MC-an dan rasanya ada yang hilang setelah 3 tahun cuti bicara di depan umum. apalgi sekrang lebih sering diam dan bicara lewat tulisan. mungkin harus dilatih lagi ya.
ReplyDeleteWaah....makasih sharingnya Mba Sara. Aku tuh pengen belajar public speaking ini, selama ini cuma modal nekad aja hahaha.
ReplyDeleteAku tipe yang kurang suka berbicara di depan umum, Mbak. Pengalaman beberapa kali bicara di depan umum tuh kerasa banget nguras energi. Emang gak mudah sih, kudu byk belajar & seninya itu lho
ReplyDeleteaku nih masih belum lancar public speakingnya masih suka susah atur nafas dan ritme hahaha,, mau belajar sama sarah nanti :*
ReplyDeletematerinya bisa aku kasih nih buat ponakan yang lagi belajar pidato di sekolahnya, makasi kak ney ilmunya ...
ReplyDeleteMakasih banyak sharing tipsnya Mbak. Soal bicara di depan umum ini emang gak semua orang bisa begitu mudah melakukannya. Banyak jg yg suka demam panggung, aku juga suka gitu, hehe
ReplyDeletePR banget buatku ngomong depan umum. Selain ngatur nafas juga fokus sama yang mau diomongin. Karena isi kepalaku tuh kayak pasar, riuh hahaha... Jadi pusing sendiri mau bilang apa. Makasih banyak lho buat pencerahannya
ReplyDeleteAku sih nggak takut bicara depan umum, tapi lebih ke memalukan sih ekekek. Karena belum pernah belajar & jarang berlatih, kadang ngomongnya ngelantur kemana-mana jadi mauku begini, audience nangkepnya begitu. Thanks sharingnya.
ReplyDelete