Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sepertinya baru kemarin saya lulus SMA, sekarang sudah menginjak usia 28 tahun dan sudah ada dua generasi di bawah generasi Y, tahun saya dilahirkan.
Dunia juga semakin dinamis. Kecanggihan teknologi berhasil mengubah perilaku manusia. Internet memberi segala kemudahan sekaligus tantangan. Tinggal kita mau maju atau hanya duduk manis ditelan zaman.
Sebagai ibu yang lahir di tahun 90-an, ada tantangan yang besar ketika harus mendidik para Generasi Alpha. Ya, Generasi Alpha adalah mereka yang lahir mulai tahun 2010 hingga saat ini. Untuk melihat rentang usia dari tiap generasi, bisa di baca di tabel di bawah ini.
Gambar : vecteezy.com |
Salah satu kesamaan antara Generasi Milenial yang lahir di tahun 1977-1997 dan Generasi Alpha yakni pada ketersediaan internet yang menjadi bagian hidup. Itu mengapa tidak banyak gap yang terjadi kaitannya dengan penggunaan teknologi. Meski demikian, para Generasi Alpha ini mengenal internet jauh lebih awal bahkan saat mereka belum lahir. Kok bisa?
Masih ingat, nasehat orang tua ketika seorang perempuan sedang hamil maka rajin-rajinlah membaca Alqu'an? Lantunan Alqur'an akan menstimulus janin dalam kandungan, sekaligus memberi ketenangan pada ibu. Namun, sekarang, para ibu yang mengandung bisa dengan mudah memutar aplikasi murottal dari handphonenya dan memperdengarkan pada bayinya. Tanpa repot-repot harus mengaji secara langsung. See? Begitu mudah bukan teknologi menggantikan suatu aktivitas. Meski kemudian substansi aktivitas tersebut menjadi berkurang.
Siapakah Generasi Alpha?
Mark McCrindle seorang Analis sosial-cum-demograf dari grup peneliti McCrindle mengungkapkan dalam makalah Beyond Z: Meet Generation Alpha, bahwa generasi setelah Generasi Z akan dipanggil Generasi A alias Generasi Alfa (Alpha). Penamaan ini dibuat berdasarkan alfabet Yunani, dan sesuai alfabet. McCrindle juga menyebutkan, Generasi Alpha (anak-anak dari Generasi Milenial) akan menjadi generasi paling banyak di antara yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alpha lahir setiap minggu. Membuat jumlahnya terus bertambah menjadi sekitar 2 miliar pada 2025.
Salah satu ciri khas generasi ini adalah mereka terlahir sebagai digital native, yaitu melek digital sejak usia yang sangat dini. Mereka yang masih balita saja, sudah sangat akrab dengan layar smartphone.
Akibat internet menjadi kebutuhan hidup para Generasi Alpha, maka kemudian terbentuklah karakteristik lain dari generasi ini, seperti :
1. Lebih Cerdas dan Kritis
Banyaknya informasi yang diterima, membuat anak menjadi lebih kritis. Mereka tidak akan mudah meneriman penjelasan yang diberikan orang tua.
2. Menyukai Hal yang Serba Instan
Karena dimanjakan oleh berbagai teknologi, Generasi Alpha juga cenderung menyukai hal-hal yang instan dan tidak merepotkan. Mereka juga cenderung terobsesi dengan teknologi sehingga tidak ingin tertinggal dari kemajuan yang terjadi
3. Kesepian dan Anti Sosial
Interaksi yang begitu tinggi dengan gadget mereka, membuat Generasi Alpha ini mengalami kesulitan ketika berinteraksi sosial di dunia nyata. Akibatnya, mereka akan lebih nyaman sendiri dengan berbagai perangkat teknologi yang mereka miliki.
4. Anak Tunggal
Dipredikasi generasi Alpha terlahir sebagai anak tunggal dikarenakan orang tua mereka (para Millenial) cenderung memiliki keturunan yang tidak banyak dan lebih berfokus pada karir.
Melihat berbagai karakterisitik generasi Alpha, tentu sebagai orang tua harus siap dengan pola asuh yang sesuai. Jangan sampai, anak-anak tumbuh namun tanpa bimbingan dan arahan orang tua sehingga terbawa arus lingkungan.
Lantas, apa yang bisa orang tua lakukan?
Tips Mendidik Anak Generasi Alpha
1. Peka terhadap perubahan zaman
Jangan pernah merasa menjadi orang tua lantas berpikiran tua. Justru orang tua harus senantiasa belajar hal baru, agar mampu mengimbangi perkembangan zaman. Ketika anak-anak menemukan hal baru, orang tua siap memberikan informasi dan pendampingan. Sehingga anak tidak hilang arah atau mencari dari sumber yang salah.
Jika Generasi Alpha ini begitu kritis dan melek teknologi, tentu para orang tua juga harus siap membekali diri dengan kemampuan teknologi yang mumpuni. Istilah mudahnya adalah tidak ketinggalan zaman.
2. Pelajari berbagai Konten di Internet
Selain harus melek teknologi, orang tua juga harus paham bagaimana konten-konten di internet itu diproduksi. Seperti yang kita ketahui, bahwa informasi di internet tidak selalu fakta namun juga banyak yang palsu alias HOAX.
Menjadi orang tua kritis itu juga penting. Sehingga ketika anak menemukan informasi yang tidak benar di intenet, orang tua mampu mengedukasi mereka.
Baca Juga : Social Media Membuat Kesehatan Mental Terganggu. Benarkah?
3. Latih kemampuan Motorik Anak
Jangan biarkan anak hanya berdiam diri di rumah dengan gadget mereka. Ajak anak untuk bermain di luar rumah seperti ke taman, pasar atau sarana edukasi lainnya. Biarkan mereka berlari, melompat dan bersenang-senang dengan alam. Melupakan sejenak ketergantungan akan teknologi membuat anak memiliki kualitas hidup yang lebih seimbang
4. Membuat Konten Bersama
Ada baiknya anak juga dilatih untuk menjadi produsen konten, bukan sekedar mengkonsumsi konten di internet. Misalnya, ajak anak untuk membuat vlog bersama. Jadikan aktivitas dengan teknologi menjadi kegiatan produktif bukan sekedar konsumtif. Sehingga ide-ide kreatif anak, bakat mereka bisa berkembang juga melalui teknologi yang ada.
Saya sekarang juga rajin membuat vlog bersama anak saya. Jika sebelumnya, dia suka melihat video di youtube, aktivitas tersebut bisa dialihkan dengan membuat konten video bersama.
Teknologi yang semakin maju ternyata membentuk hadirnya generasi yang lebih maju dan kritis juga. Sebagai orang tua harus peka dan siap dengan berbagai perubahan yang terjadi. Jangan bosan untuk membekali diri dengan berbagai kemampuan dan ketrampilan. Perlu diingat, orang tualah yang akan mendidik dan dan membimbing anaknya. Tidak ada salahnya, orang tua untuk selangkah lebih maju agar mampu menjaga anak-anaknya tumbuh bukan hanya menjadi cerdas tapi juga berkepribadian yang baik.
kalau orang tua tidak mempeklagjari perkembangan jaman sekarang pasti banyak sekali hal yang mereka tak mampu selesaikan. Apalagi masalah smartphone dan internet. harus bener bener paham
ReplyDeletebener nih, yang ada anak main gadget,orang tuanya juga..terus nggak saling kenal deh karena sibuk sendiri
DeleteDuh point 3&4 ya kesepian anak tunggal. Tapi saya juga kadang amatin dari lingkungan terdekat ya anak tunggal akrab sama si mbak sehari hari sementara bapak kerja ibu asyik gosip lambe turah hahaha
ReplyDeletewah ini..kadang ngelihat diri sendiri jug, giliran di rumah pulang kerja, tetep hape yang dikelonin..
DeleteSuka banget dengan ulasanya.. ini aku banget, memang lagi butuh insight untuk mendidik anak-anakku.. kadang sampai bingung sendiri, mereka terlalu banyak energi, aktif dan kritis. Harus banyak referensi agar stock sabar menggunung dan tentunya dengan cara yang efektif, baik dan benar
ReplyDeletestock sabar, kira2 jualnya dimana..haha, tapi ini PR buat aku beneran mbak, untuk nambahin stock sabar. Kadang pengen idelais, tapi disatu sisi tenaga habis..semoga kita bisa diberi kekuatan lebih untuk bisa memprioritaskan keluarga dibanding kegiatan lainnya.
DeleteIya juga yah, generasi alpha rata-rata menjadi anak tunggal, karena sibuknya orang tua mereka masing-masing
ReplyDeletedan mindset punya anak banyak itu tidak menyenangkan. entah kenapa saya jadi kepikiran ini juga..
DeleteBetul banget, anak zaman seakrang sudah pegang smartphone dari bayi (generasi alpha). Mereka sudah pintar youtube-an. Jadi, anak memang perlu dilatih untuk menjadi produsen konten, bukan sekedar mengkonsumsi konten di internet. Misalnya, ajak anak untuk membuat vlog bersama.
ReplyDeletesemoga bisa konsisten ini mbak..ketika mengcreat produk sama anak, memang energinya banyak. dan butuh sabra berlebih
DeleteIya ya beneran mendidik anak itu hrs sesuai zamannya. Membuat kontent bersama memang asyik tuh..
ReplyDeleteasyik mbak..semoga banyak yang lihat juga
DeleteAnakku kritis banget nih mbak semua hal ditanya dan serba komplain heheh alhamdulillah masuk wajar dna mampu jawab nih aku. Cuma kadang perlu juga nambah wawasan biar tetap bisa dampingi tumbuh kembangnya sesuai zamannya saat ini
ReplyDeletewah makin pinter anak-anak zaman sekarang...apalagi kalau referensinya yutup
DeleteTantangan jadi orang tua sekarang emang harus lebih banyak belajar karena anak-anak generasi alpha memang sangat aktif dan kritis.
ReplyDeleteDan mengarahkan anak untuk memvuat konten juga penting nih, supaya mereka bisa jadi tumbuh makin maksimal.
iya mas, jadi anak lebih terfasilitasi sisi kreativitasnya
DeletePenting itu orangtua hrs thu Dan menyadari perubahan jd gk monoton dlm mndidik anak ya mba..
ReplyDeleteHohoho gtu ya, anak milenial kyk org Jepang cuma pengen satu anak hehe.
ReplyDeleteWah gud idea anak2 diajak bikin konten, jd kelak kalau mereka tahu gmn cara mempengaruhi org lain, gk sekadar ikut arus yaa
Generasi saat ini begitu erat dan melekat pada teknologi dan digital sehingga kerap kali sikap nya jauh lebih kritis dibanding era sebelumnya
ReplyDeleteSebagai ibu yang baik, mengikuti perkembangan zaman demi tidak terlalu ada gap yang jauh memang penting. Apalagi di zaman sekarang ya mba, teknologi makin canggih. Semangat mba.
ReplyDeleteMateri yang berfaedah nih kak. Bukan cuma untuk ibu-ibu saja, tapi aku sebagai calon bapak rumah tangga juga harus paham dalam mendidik anak generasi alpha. Semoga semua orangtua bisa menerapkannya*
ReplyDeleteBener banget mba generasi sekarang menganggap semuanya serba gampang. Tanpa memikirkan kedepannya seperti apa. Ya sebagian besar sih karena teknologi juga ya.
ReplyDeletekdg aku ngerasa kuatir sih, takut salah mendidik anak2 mba. krn aku tahu mereka ini beda ama zaman kita dulu. mereka lbh kritis, lbh banyak nanya, lbh berani... sementara aku hasil didikan yg bener2 ngutamain 'anak itu nurut aja, ga usah banyak nanya' di keluargaku. awal2 ngadepin pertanyaan anak2 aja yg banyak dan macem2, aku stress sendiri hahahaha.
ReplyDeletememang sih, mau ga mau, suka ga suka, akunya juga harus adaptasi, hrs belajar lg, hrs bisa mendidik mereka sesuai zaman yg skr. ga mungkin lg nerapin pendidikan zaman dulu untuk anak2 skr