"Lihat perempuan yang itu, Mbak! Dia baru sembuh dari retak tulang belakang. Dia memanjat tembok setinggi 4 meter untuk kabur. Tapi akhirnya jatuh. Tiga bulan di rawat di rumah sakit, kami juga yang merawat. Mulai dari memandikan sampai menyuapi." Saya melirik seorang perempuan bertubuh kecil. Dia sedang tertawa bersama teman-temannya.
Sepenggal kisah ini saya dengar dari Bu Ninik. Beliau adalah salah seorang staf pendamping di Panti Pelayanan Sosial Wanita Wanodyatama Surakarta.
Ini adalah kali pertama saya mengunjungi panti sosial. Sebuah situasi yang begitu asing. Tidak pernah ada dalam wawasan saya bagaimana puluhan perempuan berkumpul di panti ini.
Ada sekitar 120 perempuan yang berasal dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Mereka di bawa ke panti oleh Satpol PP.
"Saya di bawa ke sini karena berdagang nasi kucing, Mbak," ujar seorang porempuan berusia 50 tahunan kepada saya. Si Ibu ini juga bercerita kalau dia harus meninggalkan anaknya yang berusia 3 tahun di Jepara bersama suaminya. Sang anak menderita asma dan sering kambuh. Sembari bercerita, saya mendengar suara paraunya menahan tangis. "Anak saya minta sebuah apel, itu saja saya tidak bisa membelikan karena tidak punya uang," pengakuan ibu itu kembali.
Dada saya sesak, menahan perih di dalam.
Pagar ini dibuat untuk mencegah penghuni panti kabur |
Tentang Panti Sosial Wanodyatama
Kembali saya mengobrol dengan Bu Ninik untuk mengenal panti Wanodyatama lebih dekat. Panti ini menampung perempuan yang memiliki latar belakang hampir sama. Mereka terlibat dunia prostitusi. Baik yang berusia belasan sampai yang sudah eyang-eyang berusia 60 tahunan.
Namun tidak semua kisah sama.
Ada diantara mereka yang terjerumus di pekerjaan tersebut karena dijual oleh orang tuanya. Ada juga yang mendapatkan pelecehan dari kakeknya, juga keluarga terdekat. Lainnya, ada yang hidup di jalanan dan terbiasa dengan pergaulan bebas. Atau mereka yang terdesak kehidupan ekonomi yang berat sehingga memilih pekerjaan yang salah. Semua cerita tentu tidak ada yang menyenangkan. Bukanlah kehidupan yang ringan untuk dijalani.
Bagaimana dengan yang sudah lanjut usia? Menurut Bu Ninik, awalnya mereka membuka jasa pijat. Meski akhir berakhir ke palayanan seksual juga. Uang yang didapat tidak seberapa. Hanya cukup untuk menyambung hidup di hari itu.
Setelah berada di panti ini, para perempuan atau yang biasa disebut Penerima Manfaat harus mengikuti berbagai peraturan dan jadwal pendidikan. Tidak ubahnya seperti mengikuti diklat, banyak aktivitas yang mereka lakukan. Mulai dari belajar kelompok, diskusi, olahraga, pengajian, solat berjamaah, juga hiburan seperti karaoke.
Minimal mereka tinggal di panti ini selama enam bulan. Akan lebih lama jika mereka melakukan pelanggaran.
"Pelanggaran seperti apa, Bu?' tanya saya pada Bu Ninik lagi. "Bermacam-macam. Bisa berkelahi, merokok atau kadang ada yang mengoplos minuman soda dengan CTM agar teler."
Saya kembali menarik nafas dalam-dalam.
Tidak mudah tentu saja hidup di panti ini. Ada saat mereka harus menahan rindu dan ingin kembali ke keluarga. Maka ada jadwal di mana penghuni panti bisa menelpon keluarga mereka. Ternyata ada beberapa perempuan yang tengah hamil. Juga seorang ibu yang harus terpisah dengan anaknya yang berusia satu bulan.
Mereka yang sudah keluar bisa saja kembali tertangkap. Namun, diantaranya banyak juga yang akhirnya berhasil berubah menjadi lebih baik. Tidak sedikit yang sukses menjalani dagang dan bisnis. Juga sebagai karyawan yang bekerja di kantor-kantor.
Tentu saja semua adalah pilihan.
Rise From Adversity
Jika bukan karena event dari mahasiswa Manajemen Event, mungkin saya tidak akan pernah ke Panti Wanodyatama. Mata kuliah yang saya ampu ini, mengangkat tema tentang pemberdayaan masyarakat di semester ini. Itu mengapa kelompok mahasiswa yang menamai diri mereka We Can Organizer, mencoba mewujudkan tema melalui sebuah event bertajuk Rise From Adversity - Bangkit Dari Keterpurukan.
Acara mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta ini diselenggarakan Rabu, 18 April 2019 mulai pukul 08.00 hingga 15.00. Acara terdiri dari talkshow dan mini competition berupa lomba makeup dan fashion show.
Saya bersama Mbak Admira Eka seorang Psikolog, berkesempatan untuk menjadi pembicara. Jujur saja, ketika berhadapan dengan Penerima Manfaat di panti ini saya merasa deg-degan. Ada kebingungan mengenai apa yang harus saya sampaikan. Memberi motivasi rasanya seperti angin lalu. Mereka yang ada di sini memiliki kehidupan yang jauh lebih berat dari yang dapat saya pahami.
Setelah 5 menit awal berinterkasi, saya menyadari bahwa saya harus belajar mendengarkan mereka dan berbagi keceriaan. Cukuplah kami bersenang-senang dan saling mengenal.
Paling tidak perjumpaan yang sebentar ini memberi pembelajaran bagi saya. Rasa syukur akan kehidupan yang diberikan Tuhan. Selama ini mungkin kita terlalu sibuk dengan urusan di zona nyaman. Tapi kita tidak menyadari, ada banyak orang yang sungguh-sungguh berjuang untuk terbebas dari belenggu di hidup mereka.
Dari sini saya juga belajar akan pentingnya saling menguatkan dan mendukung. Kita akan tumbuh semakin tinggi, jika kita mengajak orang lain untuk tumbuh bersama.
Hari Kartini 2019
Tulisan ini tepat saya publikasikan di Hari Kartini, 21 April 2019 . Tidak biasanya saya merasa sentimentil dengan harinya para perempuan ini. Pertemuan saya dengan para penghuni Panti Pelayanan Sosial Wanita Wanodyatama betul-betul membekas di hati.
Sekali lagi, saya belajar tentang arti menguatkan dan saling mendukung. Tidak perlulah kita menjatuhkan dengan sesama perempuan. Tidak perlu juga kita memaksakan pilihan hidup kita pada orang lain. Mari belajar menghargai pilihan hidup orang lain. Jika memang salah, maka ingatkan dengan cara yang santun dan beradab.
Semoga hidup kita di dunia yang hanya sementara ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Untuk para perempuan di Indonesia, karena Kita Berdaya, Mari Kita Berguna. Selamat Hari Kartini
Aamiin, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya ya. Salut banget dengan sosok bu Ninik, semoga selalu diberikan kesehatan ya.
ReplyDeleteduh senangnya anak anak mahasiswa bisa ikut merasakan kesedihan di balik penjara. Tidak semua anak seberuntung mereka, punya ortu yang mampu, punya kesempatan sekolah, bahkan punya rumah yang nayaman dihuni...
ReplyDeletesemoga generasi penerus ini tidak kebablasan dalam bertindak, ya :(
Ini toh isi panti sosial. Sebenarnya banyak edukasi di tempat ini. Mereka yang masuk ke sini tak perlu terlalu meratap, karena ada banyak hal yg dipersiapkan seusai keluar dari tempat ini kan
ReplyDeleteMbak dosen beruntung banget bisa berinteraksi dengan penerima manfaat di panti ini. Iya yaa mereka butuh didengar. Di lingkungan seperti itu setiap hari ya bisa sumpek meski di luar sana belum tentu segalanya lebih baik.
ReplyDeleteMiris ya Mbak denger cerita-cerita dari perempuan-perempuan itu. Kita memang patut bersyukur karena lebih beruntung daripada mereka dalam hidup.
ReplyDeleteBtw sebelah mana ya panti Wanodyatama ini? Penasaran. Saya lahir dan besar di Solo, tapi tidak tahu atau mungkin lupa dengan tempat ini..
Acara ini KEREEENNN buangett!
ReplyDeleteTerkadang generasi milenial emang PERLU BANGET tahu hal2 seperti ini untuk mengasah empati.
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Duuh bacanya ga bs nahan mata yg berkaca-kaca
ReplyDeleteSemoga kegiatan baik yg supportif spt bs memberi makna buat semua wanita yg terpaksa hrs berada di panti
Merinding membayangkan perjalanan hidup sebagian penghuni panti, apalagi yang terjerumus karena dipaksa orang lain. Semoga diberkahi kekuatan untuk terus berubah dan bahagia :)
ReplyDeletepelecehan dari kakeknya? ya ampun, sedih banget. Event yang menarik mba, mesti sering diangkat topik ini
ReplyDeleteKeren banget ya kegiatan mahasiswa ini. Membuka mata dan wawasan. Dan aku merinding baca macem-macem alasan perempuan-perempuan itu masuk panti. Ya Allah, ada yg dijual dan dilecehkan. Semoga mereka bisa kembali ke jalan yang benar. Dan bisa dapat pekerjaan halal. :'(
ReplyDeleteHuhuhu. Sedih baca latar belakangi kenapa mereka ada di sini.
ReplyDeleteUntung masih banyak yang peduli ya, untuk mengingatkan dan diajari banyak hal di panti ini. Kadang memang harus liat sisi lain.
Keren mak berkesempatan jadi pembicara dan belajar saling menguatkan 😢
Acara yang sangat menyentuh hati Mbak, aku bacanya sambil mbrambangi juga ini. Berinteraksi langsung dengan penghuni Panti Sosial memang memberikan pengalaman yang luar biasa dan membuat kita lebih bersyukur. Thanks for sharing ya Mbak, kapan² boleh dong diajak ke Panti Wanodytama 😁
ReplyDeleteMengetahui kisah mereka, saya jadi banyak bersyukur. Ternyata banyak yang terjerumus ke jalan yang salah karena faktor ekonomi. Kita harus banyak bersyukur karena masih bisa mendapatkan rezeki yang halal, ya ...
ReplyDeleteIkut sesak rasanya baca kisah2 seperti ini, ikut berdoa aja biar yang sudah keluar dari panti ini bisa punya kehidupan lebih baik nantinya, aamiin
ReplyDeleteMba, membaca kisahnya saja sudha bikin aku mengharu biru. Apalagi kalau hadir disana? Menangis trus kayaknya, mba. Terima kasih sudah berbagi kisah ini ya mba. Baru tahu kalau teryata mereka banyak yang terlibat dnia prostitusi dan ini mungkin yang buat mereka sulit duterima di keluarga dan lingkungan ya
ReplyDeleteKalau nggak baca ini aku lupa deh kalau ada panti2 pembinaan semacam ini, dan memang beliau2 yg di sana akan lebih baik kalau berinteraksi dengan orang2 baik yang berkunjung gitu supaya semangat yah. Keren programnya. Semoga perempuan Indonesia semakin banyak yang berkesempatan dapat pendidikan jadi biar lebih pintar dan berdaya :)
ReplyDeleteSaya sedih bacanya Mbak. Sedih membaca perempuan-perempuan ini meninggalkan keluarganya terutama anak dan bayi mereka. Duh ya ampuun sulit rasanya membayangkan berpisah berbulan-bulan dengan anak sendiri.
ReplyDeleteAaamiin. Sepakat, perempuan mesti saling menguatkan dan mendukung.
ReplyDeleteJadi ingat di dekat rumah ortuku di Kediri ada panti pelayanan sosial juga. Dulu namanya panti rehabilitasi sosial kalau enggak salah.
Pertama dibangun tahun 80-an, jaman aku SD, sering lihat perempuan lariii sekencang-kencangnya dari arah gedung itu.
Aku belum tahu siapa mereka dan kenapa. Ibuku cuma bilang mereka sedang diobati.
Lalu perempuan itu kalau tertangkap oleh petugas yang mengejar..diikat tangannya..dan di sepanjang jalan diketwakan orang-orang
Duh kasihan
Sekian tahun berlalu, baru aku paham apa yang terjadi dan merasa miris dengan yang pernah kulihat dan kaget ternyata ceritanya masih lebih kurang sama di wanodyatama
Mereka tentu memiliki pelajaran hidup yang berharga. Tapi semoga mereka bisa menemukan jalan kehidupan yang lebih baik
ReplyDeleteKak Saraaaaa... Kamu memang idolaku banget, kebayang banget ini keadaan disana. Soalnya aku pernah diceritakan teman yang menjadi tim relawan sebagai guru di Almahera juga ada yang mirip seperti itu kisah anak-anak disana dan para relawan disana memberikan pendampingan untuk anak-anak tidak melakukan itu.
ReplyDeleteKisah2nya bikin pilu ya mbak. Pas masuk pun juga ada yang "ndableg". Tapi mereka begitu krn keadaan pastinya.Alhamdulillah kalau di panti pelayanan sosial kebiasaan2 tersebut pelan2 hilang ya, walau emang gk mudah. Inspiring mbak pengalamannya ke sana TFS
ReplyDeletemakasih cerita yang menginspirasi
ReplyDeleteMembaca tulisan ini saya ikut merasakan trenyuh dan pedih. Semoga para penghuni panti bisa mendapatkan banyak hal yang berguna untuk menjadi pondasi kehidupan kelak setelah keluar dari panti.
ReplyDelete