Beberapa hari lalu saya mencoba untuk berinteraksi dengan follower di instagram. Saya menanyakan kepada mereka, "mereka mengenal saya sebagai apa?" Tidak menyangka ternyata banyak juga yang ikutan berpartisipasi. Dari hasil respon teman-teman di instagram, ternyata banyak jawaban yang seragam. Mereka mengenal saya sebagi blogger, dosen, podcaster, dubber, MC yang kalau dilihat semua hal tersebut saya tuliskan dengan rapi di biodata profil instagram. Sebagian yang lain berkomentar tentang kepribadian saya, seperti perfeksionis, tidak jam, juga multitasking.
Heran dengan respon yang saya terima?
Boleh dibilang tidak. Karena hampir semua jawaban tersebut memang branding yang saya bangun. Akan jadi aneh, bila kemudian teman-teman mengatakan saya orang yang ahli masak, jago matematika, pintar menjahit atau hobi berkebun.
Tidak Percaya Diri Membangun Branding
Kamis, 24 Oktober 2019 saya menjadi pembicara dalam pelatihan personal branding yang diadakan oleh Rumah Kreatif BUMN Solo. Peserta yang hadir kebanyakan adalah wirausaha. Baik kuliner, fashion, ataupun dibidang jasa. Bagi mereka urusan brand bukan hal yang baru, karena selama ini bergelut dalam usaha membangun merek produk yang mereka miliki.
Bagaimana dengan personal branding? Mungkin banyak diantara pemilik usaha yang belum menyadari bahwa personal branding memberikan kekuatan lebih bagi produk mereka. Kesan personal dalam benak konsumen menjadi motivasi konsumen membeli sebuah produk. Sebagai contoh, cake-cake milik artis. Apa yang sebenarnya membuat kita penasaran untuk membeli?
Branding dari pemiliknya cake mendorong kita mencoba cake milik artis tersebut.
Contoh lain dapat kita lihat bagaimana kuatnya personal branding Alffy Rev dan Linca Angelica, mampu membuat bukunya yang berjudul Senja dan Pagi menjadi laris manis. Para penggemar milenal yang mengidolakan pasangan ini yang sering disematkankan sebagai "relationship goal anak muda" membuat membeli buku mereka menjadi sebuah keharusan dan pengakuan jika mereka adalah fans yang loyal.
Personal branding dapat terbentuk secara alami (natural) atau buatan (by design). Jika kita tidak memiliki background keluarga yang tersohor seperti Gempi, Rafathar, atau Angela Tanoesoedibjo, kita tetap bisa membangun citra diri dengan baik. Terlebih platforam digital menyediakan ruang untuk menunjukkan eksistensi.
Dari brolan dengan beberapa peserta pelatihan, saya menyadari bahwa kendala utama dalam strategi membangun branding dalah ketidak percayadiri-an dalam menunjukkan diri mereka. Banyak orang menyadari bahwa dirinya memiliki potensi bakat dan skill. Namun, untuk menunjukkan diri, masih banyak orang merasa takut. Takut dengan penilaian buruk dari orang lain. Ibarat sebuah produk, Bagaimana bisa terjual jika kita tidak percaya bahwa produk itu akan laku.
Baca Juga : Apa Untungnya Membangun Personal Branding
Membangun Personal Branding Mulai dari Mana?
Branding yourself as a product.
Hal sederhana yang saya coba terapkan setelah mempelajari ilmu personal branding. Tidak perlu menciptakan sosok baru, tapi cukup temukan "siapa dirimu'
Dimulai dari skill yang kita miliki, kepribadian yang melekat pada diri, passion yang membuat kita berbinar hingga akhirnya membentuk sebuah identitas diri yang berbeda dengan orang lain. Personal branding menunjukkan "nilai jual" kita yang berguna dalam membangun relasi dan kepercayaan sehingga mendatangkan kesempatan.
Coba tanyakan juga ke orang terdekat, menurut mereka kita memiliki keunggulan di bidang apa?
Jika dulu terasa sulit membuat orang mengenal kita, maka internet membuka kesempatan ini menjadi lebih mudah. Buat diri kita ditemukan radar. Sekali orang lain mengetik nama kita di internet, kemudian menekan tombol klik, maka foto kita akan ditemukan (minimal). Syukur-syukur ada buah pikiran dan hasil karya kita yang bermanfaat bagi banyak orang.
Personal branding tidak merekayasa siapa diri kita. Tapi membuat gambaran positif diri lebih terlihat dan tertanam di benak orang lain. Masak iya orang nggak ada sisi baiknya sama sekali?
Itu kenapa ketika ditanya, dari mana memulai strategi personal branding? Maka mulailah dengan menemukan siapa dirimu.
Setuju, di jaman internet begini, personal branding secara online bisa jadi hal penting dalam berbisnis. Tapi itu harus serius dan konsisten.
ReplyDeleteiya, dan prosesnya juga lama. nggak cukup sebulan dua bulan
DeleteWaduh, lagi semangat baca ternyata bersambung. Kunci yang bagus, membangun personal branding dengan menemukan siapa diri kita
ReplyDeleteiya mbak, versi sambungannya bakal ada di podcast ZThe Late Brunch :)
DeleteMasih mau baca eh sudah habis saja, Mbak hehe.
ReplyDeleteMulailah dari siapa dirimu. Siap.
Eh, masih ada lanjutannyakah materi ini?
masih, mbak...bakal dikupas lebih lengkap di podcast :)
DeleteIntinya harus percaya diri terlebih dahulu ya, jangan pernah takut akan skill yg kita miliki.
ReplyDeleteiya dong, percaya diri memang pelurunya..
DeleteDari pertanyaan bisa timbul tulisan itu sesuatu buatku. Aku masih shy2 cat nih .
ReplyDeletejangan shy shy cat dong mbak boss..
DeleteDududu, aku jadi mengingat kembali aku ini siapa dan apa? Hahaha, ini malah galau sama diri sendiri. Gimana mau mengangkat personal brandingnya, ya?
ReplyDeleteWah, wah, ternyata aku jadi salah satu orang yang belum percaya diri kalau gitu, ya. Sebenarnya sih bukannya nggak percaya diri, tapi lebih ke profesi utama aku itu bukan yang ingin aku brandingkan. Aku lebih suka membranding diri sebagai writerpreneur dan blogger.
Profesi aku di kantor biarlah sebatas profesi di luar rumah aja. Nggak perlu terus menempel saat aku tengah berada di mana-mana.
Aku sedang membangun personal branding nih mba,semoga bisa dikenal seperti dirimu, menjadi wanita yg pintar dan dikenal bnyk orang
ReplyDeleteMakasih sharingnya mba Ney, aku juga sedang belajar nih membangun personal branding
ReplyDeletetapi memang kudu telaten banget ya Mba. Semangat kita untuk berkarya di era digital!
Iya nih personal branding saya belum terlalu kuat. Orang baru kenal branding karakter saya. Perlu belajar lagi nih dari Mba ney
ReplyDeleteBener banget di era milineal sekarang ini personal branding itu harus ada tapi ga mungkin makan waktu sebentar yah Kak pasti panjang banget prosesnya
ReplyDeleteMembangun personal branding selalu dimulai dengan menemukan keotentikan diri sendiri dulu ya Mba, bisa dgn menelusuri weakness dan strength kita apa
ReplyDeletePersonal branding di jaman now harus kuat, biar bisa tetep eksis ya di era digitalisasi
ReplyDelete