Fokus membangun SPEAKING.id, ruang belajar public speaking, saya diberikan kemudahan untuk bertemu banyak orang dari berbagai segmentasi demografi. Tidak melulu berhadapan dengan mahasiswa anak sekolahan. Nyatanya, banyak para ibu yang tidak mau kalah. Masih punya semangat tinggi untuk selalu belajar ketrampilan berbicara di depan umum.
Banyak komunitas perempuan yang kian produktif. Sering mengadakan forum belajar, event- event, serta kolaborasi dengan instansi atau komunitas lainnya. Kegiatan bersosialisasi inilah yang pada akhirnya menyadarkan kembali, bahwa aktivitas public speaking yang dulu sering dilakukan kala kuliah, ternyata butuh diasah kembali.
Motivasi Belajar Public Speaking
Minggu, 1 Maret 2020 saya berkesempatan untuk memberikan pelatihan public presentation and communication untuk mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta. Acara ini dihadiri para mahasiswa baru.
Menggunakan referensi kala kuliah dulu, saya mencoba memberikan wawasan bahwa ketrampilan public speaking bisa diasah dari dalam kelas. Setiap tugas menuntut untuk dipresentasikan di depan dosen dan mahasiswa lainnya. Maka, tidak ada salahnya presentasi dilakukan dengan teknik yang benar.
Terlebih ketrampilan ini bukan sulapan. Butuh dilatih agar makin terasah. Makin adaptif terhadap audience dan situasi tak terduga di lapangna.
Berbeda dengan mahasiswa yang memiliki tuntutan belajar, para ibu yang berlatih public speaking lebih tanpa beban. Kamis, 27 Februari 2020 saya memberikan pelatihan public speaking bersama Komunitas Playdate Solo Raya. Ada sembilan ibu yang hadir, karena workshop ini dirancang dengan waktu yang terbatas dan kelas yang intim. Beberapa yang datang membawa buah hatinya.
Baca Juga : Berlatih Public Speaking dalam 4 langkah
Meski suara tangis anak, memberi jeda sesekali, rupanya tidak menyurutkan percaya diri peserta untuk tampil praktik master of ceremony. Sebagian harus menggondong anaknya, yang merajuk tak mau ditinggal sendiri. Dengan tangan kiri menggendong dan tangan kanan memegang microphone, sesi praktik tetap bisa dilalui. Para ibu ini mengaku grogi, tapi tetap mengambil kesempatan. Tanpa beban saja, tidak ada penghakiman. Meski sesekali saya memberi saran dan masukan, agar bisa diperbaiki dirumah.
Baca Juga : Mitos dalam Public Speaking
Motivasi belajar tiap orang tentu saja berbeda. Ada yang hanya sekedar ingin tahu, ada yang karena perintah, tapi ada yang betul- betul ingin meningkatkan skill berbicaranya. Di kelas private, bahkan ada seorang Ibu yang berusia 55 tahun mendaftarkan diri mengantri berbulan- bulan lamanya. Datang selalu tepat waktu, menyimak materi dengan sungguh- sungguh, dan tanpa malu- malu tampil di depan saya untuk praktik. Beliau mengatakan, sejak belajar percaya dirinya bertemabah. "Karena sudah tahu ilmunya, sekarang jadi tahu harus bicara apa, Mbak," ujar sang Ibu yang tinggal di Sragen, puluhan kilometer dari akntor SPEAKING.id.
Jadi kalau ditanya memberikan pelatihan public speaking untuk mahasiswa dan ibu rumah tangga, susah yang mana? Jawabannya adalah SAMA SAJA. Yang susah itu kalau bertemu yang tidak niat belajar. Bingung saya, dia maunya apa :)
Post Comment
Post a Comment
You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)