Dalam sebuah perkuliahan, saya meminta seorang mahasiswa untuk mempresentasikan ide sebuah project.
Dia maju ke depan kelas. Diam. Saya tunggu semenit, dua menit. Wajahnya mulai berubah memerah.
"Ayuk, bisa dimulai," kata saya.
Dia masih diam. Masih menunggu beberapa menit. Lalu mencullah satu kata, dua kata, satu kalimat. Dan kemudian kembali terdiam.
Tubuhnya mulai mengeluarkan keringat. Postur tubuhnya tidak nyaman, bergerak tidak teratur sambil tersenyum dipaksakan. Dia memaksakan diri berbicara, meski terbata-mata. Lalu kembali diam.
Beberapa saat mengamati perilakunya, saya justru introspeksi diri.
Apakah saya yang duduk di depannya terlihat sangat menakutkan? Apakah kehadiran saya, mengintimidasinya? Apakah standar saya terlalu tinggi dalam memberikan penilaian?
Beberapa pertanyaan datang sangat cepat di kepala.
Apakah dia sedang tidak sehat? Apakah belum siap dengan tugasnya? Apakah ada masalah di kelompoknya?
Setelah menunggu beberapa waktu dan tidak terjadi perubahan, saya minta dia untuk duduk. Di akhir perkuliahan, saya ajak ngobrol.
Ketika saya tanya "Ada apa?"
Dia mengatakan bahwa selama ini mengalami kesulitan untuk berbicara di depan umum. "Kepala saya kosong, saya bingung mau ngomong apa, Bu. Saya takut kelihatan jelek di depan banyak orang."
Spontan, saya mengasihaninya. Diusianya yang beranjak 22 tahun, ternyata ia masih harus bergulat dengan ketakutan ini. Yang membuat saya heran, di saat lain dia terlihat cukup percaya diri ketika berkumpul dengan teman- temannya, pun ketika mengajukan pertanyaan di tengah perkuliahan.
Ke mana keberanian itu?
Public speaking, berbicara di depan umum bukan sekadar keberanian menyampaikan isi pikiran di hadapan banyak orang.
Tapi lebih pada keberanian menerima respon tak terduga dari orang lain. Tidak selalu feed back positif yang diterima. Bisa saja audiens bosan, sibuk main handphone, atau pergi meninggalkan ruangan diam- diam.
Saya sadar, sebagai komunikator kita ingin dianggap baik, terlihat tanpa cela, membuat audiens terkesan. Tapi mind set ini yang membuat diri terasa berat.
Takut terlihat buruk.
Pada akhirnya membuat kita tertekan. Pikiran dipenuhi dengan ketakutan mengecewakan audiens. Semakin dipikirkan semakin membuat hilang fokus, hati menjadi tidak tenang, dan pada akhirnya kehilangan kontrol ke tubuh kita sendiri.
Deg-degan, cemas, keluar keringat dingin, tubuh bergetar, bahkan bisa saja sampai pingsan. Pikiran ini membunuhmu, membunuh percaya dirimu.
Tidak ada public speaker yang sempurna. Kita tidak bisa mengendalikan apa kesan audiens terhadap diri kita. Bahkan jika kita berbicara lancar, tampil elegan dengan baju mahal, atau menyajikan power point dengan efek transisi mengagumkan.
Kita hanya bisa mengendalikan diri sendiri. Mencoba untuk melakukan apa tugas kita dengan baik. Agar audiens paham apa yang kita sampaikan.
Tidak perlu menampilkan kelucuan, agar audiens tertawa. Tidak harus terlihat anggun, agar dinilai berkelas, tidak harus berbicara mix english bahasa, agar audiens terkesan dengan bilingualisme yang mumpuni.
Coba.
Yakinkan diri, bahwa kita bisa tampil dengan baik. Latih, latih dan latih untuk lebih bersiap.
Fokuskan apa yang yang ingin kita sampaikan. Bukan apa yang audiens pikirkan.
Jika gagal, coba lagi. Berani untuk coba berbicara, berani salah, berani dikoreksi, berani coba lagi, dan seterusnya.
Skill ini akan menjadi (lebih) bisa karena terbiasa.
Masyaallah bu dosen super keren, sepakat bangeet sama semua yg mbak sampaikan di artikel ini. Bisa karena terbiasa, dilatih sesering dan sebaik mungkin. Biasanya sebelum presentasi saya meyakinkan diri sendiri kalau uda menyiapkan diri sebaik mungkin, niatnya untuk berbagi apa yg sudah dipelajari. pun saya adalah yg paling tau mengenai apa yg saya presentasikan. masalah nanti feedback ataupun tanggapan audience berbeda, saya serahkan sama Allah, semoga senantiasa dimudahkan lisan dan dikuatkan hati 😁
ReplyDeletebener mbak, ngalamin sendiri gimana groginya ketika tampil di depan banyak orang. tapi dengan persiapan yang baik, dan pecaya dengan kekuatan diri sendiri, ketika sudah selesai berdoa, selanjutnya serahkan pada yang Di Atas untuk segala kemudahan.
Delete