Saya masih bertahan dengan podcast monolog. Meski harus mengakui, kalau format podcast ini bukan kesayangan pendengar. Butuh perjuangan atau persona yang kuat biar audiens bertahan mendengarkan sampai menit terakhir. Apalagi kalau topiknya berat, penyiarnya ngomongnya monoton, dan durasi kelamaan, ya bikin pendengar cepet bosen.
Beda dengan podcast interview. Dengan menghadirkan narasumber untuk di wawancarai, format podcast ini memberi suasana yang lebih cair, meskipun masih kalah dengan podcast berformat conversational yang lebih "meriah". Cuma, kalau narasumberya gokil nan asyik, topiknya relatable dengan banyak orang, endengar juga bisa betah berlama - lama.
Kebanyakan podcast video mengusung podcast interview. Saya salah satu penikmat podcast End Game milik Gita Wirjawan, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan era Pak SBY di 2014. Yang bikin suka dari End Game ini, karena pembawaan si Pak Gita yang kasual dan nggak meledak- ledak. Topiknya berisi, bintang tamu terkurasi dan dibawakan dengan bilingual tapi nggak too much. Penontonnya jadi lebih pinter.
Membawakan podcast wawancara memang nggak bisa sembarangan ya. Karena goalnya adalah menambah insight baru buat pendengar. Jangan sampe ketika kelar dengerin, pendengar ngerasa nggak dapet apa- apa.
Secara garis besar, entah itu interview di radio, podcast, vlog, Instagram Live, maupun event offline sama aja kok. Keberhasilan sebuah interview, didukung oleh 4 faktor :
- Orang yang mewawancarai
- Topik yang menarik
- Narasumber yang selain asyik juga relevan dengan topik
- Kualitas audio yang nyaman didengarkan (+ visual kalau vlog)
Buat kamu yang ingin membuat podcast interview, pasti akan mengusahakan hadirnya narasumber sebagai guest star. Biar proses produksi berjalan lancar, berikut 5 persiapan untuk mewawancarai narasumber.
1. Cari narasumber yang relevan
The right man in the right place, biar apa yang diomongin ada isinya, cari narsumber yang memang menguasai topik atau materi yang ingin kamu angkat. Narasumber yang nggak kredibel juga bikin podcastmu jadi nggak berbobot. Jangan sampe deh kejadian kaya vlog Anji yang sempet blunder beberapa waktu lalu. Ngebahas Covid-19 yang diundang tukang jamu yang pake "embel- embel" profesor- padahal cuma panggilan tongkrongan dan bukan gelar akademis.
Jangan males buat riset. Cari latar belakang pendidikan, pekerjaan atau karyanya. Sekarang kan ada sosmed tuh, kita bisa eksplorasi dari akun facebook, instagram, blog atau linked.in milik sang narasumber untuk tahu track recordnya.
2. Buat jadwal dan teknis
Setelah ketemu narasumber yang sesuai, coba hubungi dan ajukan jadwal untuk produksi. Podcast interview nggak harus ketemu tatap muka kok sebenernya. Kita bisa pakai video conference kalau memang butuh visual. Kalau cuma butuh suara alias podcast audio, saya biasanya pake zoom (diambil audionya doang), pake recorder di hape atau menelpon narsumber secara langsung.
Intinya, nggak semua orang ngerti teknis produksi ya. Jadi perlu dijelasin semua di awal. Apa aja yang dijelasin?
- Kapan acaranya (live atau rekaman)
- Teknis produksi seperti apa
- Apa format acaranya
- Siapa pendengarnya
- Durasi berapa lama
- Promosi apa yang akan dilakukan
Plus, omongin juga soal bayaran. Apakah ada ganti uang lelah dan transport, atau gratisan atau barter. Jelasin semua di awal, biar semua nyaman.
Baca Juga : Ini Perlengkapan Podcast yang Saya Pakai
3. Buatlah kerangka pertanyaan untuk mendukung alur wawancara.
Sebelum produksi, saya biasanya kirim dulu daftar pertanyaan yang nantinya akan saya gunakan untuk wawancara narasumber. Meskipun pada praktiknya, bisa aja banyak pertanyaan improvisasi. Tapi paling nggak narasumber bisa mempelajari pertanyaan tersebut, dan nggak gelagapan ketika ditanya.
Tipsnya :
- Hindari pertanyaan basic seperti "sedang sibuk apa, kerja dimana, dll" (riset dulu euy...ini pertanyaan membosankan dan bikin keliatan nggak tahu apa- apa soal tamu kita)
- Hindari yes no question
- Fokus pada pertanyaan "How" dan "Why"
- Jangan tanyakan topik sensitif yang berhubungan sama keluarga, pernikahan, agama, politik atau bisnis tanpa permisi dulu
4. Briefing narasumber
- Siapakan tempat yang nyaman dan air minum jika rekaman dilakukan dengan tatap muka.
- Pastikan koneksi stabil jika rekaman dilakukan dengan video conference atau telpon.
Baca Juga : Format Podcast Disukai Pendengar
5. Rekaman dengan serius
Buat interview yang dilakukan via telpon, lebih baik kamu mengandalkan microphone dari handphone daripada pake earphone atau headset. Karena hasil output audio dari mic smartphone terbukti lebih minim noise.
Ini adalah hasilnya :
Post Comment
Post a Comment
You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)